Siapa bilang hobi tidak dapat menghasilkan pendapatan? Lihat saja Nesya, seorang ibu muda yang mengawali kesuksesannya di bidang retail fashion dari hobinya mengikuti tren-tren fashion terkini. Merasa memiliki intuisi yang baik di bidang fashion dan percaya diri mengembangkan usaha, Nesya memulai bisnisnya 15 tahun lalu.

Awal mula bisnisnya dimulai dari sebuah toko pakaian grosir di kawasan Tanah Abang. Setelah sukses, Nesya kemudian banting setir ke bidang retail dengan membuka sebuah butik bernama No No Fashion. Pemilihan nama butik yang unik ini rupa-rupanya terinspirasi dari nama sebuah butik fashion favorit yang sering datangi apabila berkunjung ke Korea.

“Saya suka sekali dengan butik No No di Korea dan ketika mengunjunginya saya pun bermimpi ingin memiliki sebuah butik seperti itu. Sekarang inilah saya wujudkan dengan membuka butik bernama sama di tanah air,” ujarnya.

Harga sepotong pakaian di butiknya berkisar antara Rp 400.000,- hingga di atas Rp 1.000.000,-. Dengan harga tersebut pelanggannya dapat memperoleh pakaian dengan model terkini dan pastinya tidak pasaran. Ini karena No No Fashion menghadirkan koleksi-koleksi pakaian impor dari Hong Kong dan Korea dengan model yang terbatas dan dipilih sendiri olehnya.

Pelanggan bahkan dapat juga memesan model pakaian atau produk-produk fashion yang diinginkan agar didatangkan khusus untuk mereka dari dua negara tersebut. Koleksi pakaian yang selalu mengikuti mode dan pelayanan yang baik inilah yang menjadi kunci sukses Nesya mengambil hati pelanggan. Buktinya saat ini pelanggan No No Fashion tidak hanya datang Jakarta saja, tetapi juga dari luar kota seperti Surabaya, Manado, Balikpapan, dan Riau.

Selama 15 tahun, wanita kelahiran Palembang 25 Juni ini mandiri menjalankan bisnisnya. Dalam satu bulan ada sekitar 6 hari yang dihabiskannya di Korea dan Hong Kong seorang diri untuk memilih dan mendatangkan pakaian-pakaian dengan mode terkini dari dua negeri tersebut. Jumlahnya tidak sedikit dan menggunakan fasilitas kargo.

Begitu juga apabila pakaian-pakaian yang didatangkannya dengan jasa pengiriman. Pernah suatu ketika ia terhambat dengan urusan bea cukai. Pakaian-pakaian yang dipesannya harus menginap selama satu tahun. “Awalnya rasanya sulit ya, mengurus semuanya sendiri tetapi lama-lama sudah biasa dan enjoy saja. Untung di luar negeri pun saya punya beberapa teman yang bisa diajak bertemu sesekali,”